Minggu, 22 Februari 2015

laporan prakt


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut dengan kelahiran. Pada proses reproduksi ini menyangkut hewan betina dan jantan. Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan sperma. Ovum sendiri dihasilkan olah ternak betina melalui proses ovulasi setelah melalui beberapa tahap perkembangan folikel, sedangkan sperma diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses pembentukan sel gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus seminiferus).
Pelaksanaan program Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik pada sapi telah dimulai sejak tahun 1950-an. Dalam pelaksanaannya, operasional program inseminasi buatan ditangani oleh seorang petugas inseminator. Tingkat keberhasilan kerja seorang inseminator dapat diukur dengan peningkatan persentase kelahiran anak sapi sehingga membantu peningkatan populasi ternak ini. Karena bibit semen beku jantan yang dipergunakan berasal dari sapi jantan unggul, makaanak sapi yang dilahirkan juga diharapkan memiliki sifat-sifat unggul.

1.2 Tujuan            
1.      Mengetahui tata cara dan prosedur pelaksanaan Inseminasi Buatan ( IB ).
2.      Mengetahui cara yang tepat melakukan IB.
3.      Mengetahui manfaat dari penerapan IB.

1.3 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 19 Januari 2015 pukul 14.00 s/d pukul 16.00 di PT.BARUMUN.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya.Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB, dan setelah itu tidak lagi ditemukan catatan mengenai pelaksanaan IB atau penelitian ke arah pengunaan teknik tersebut. (Toelihere,1985).
Tiga abad kemudian, barulah ada pengamatan kembali tentang reproduksi. Tepatnya pada tahun 1677, Anthony van Leeuwenhoek sarjana Belanda penemu mikroskop dan muridnya Johan amm merupakan orang pertama yang melihat sel kelamin jantan dengan mikroskop buatannya sendiri. Mereka menyebut sel kelamin jantan yang tak terhitung jumlahnya tersebut animalcules atau animalculae yang berarti jasad renik yang mempunyai daya gerak maju progresif. Di kemudian hari sel kelamin jantan tersebut dikenal dengan spermatozoatozoa. Pada tahun berikutnya, 1678, seorang dokter dan anatomi Belanda, Reijnier (Regner) de Graaf, menemukan folikel pada ovarium kelinci.
Penelitian ilmiah pertama dalam bidang inseminasi buatan pada hewan piarann dialkukan oleh ahli fisiologi dan anatomi terkenal Italia, yaitu Lazzaro Spallanzani pada tahun 1780. Dia berhasil menginseminasi amphibia, yang kemudian memutuskan untuk melakukan percobaan pada anjing. Anjing yang dipelihara di rumahnya setelah muncul tanda-tanda birahi dilakukan inseminasi dengan semen yang dideposisikan langsung ke dalam uterus dengan sebuah spuit lancip. Enam puluh hari setelah inseminasi, induk anjing tersebut melahirkan anak tiga yang kesemuanya mirip dengan induk dan jantan uang dipakai semennya. Dua tahun kemudian (1782) penelitian spallanzani tersebut diulangi oleh P. Rossi dengan hasil yang memuaskan. Semua percobaan ini membuktikan bahwa kebuntingan dapat terjadi dengan mengunakan inseminasi dan menghasilkan keturunan normal.
Spallanzani juga membuktikan bahwa daya membuahi semen terletak pada spermatozoatozoa, bukan pada cairan semen. Dia membuktikannya dengan menyaring semen yang baru ditampung. Cairan yang tertinggal diatas filter mempunyai daya fertilisasi tinggi. Peneliti yang sama pada tahun 1803, menyumbangkan pengetahuannya mengenai pengaruh pendinginan terhadap perpanjangan hidup spermatozoatozoa. Dia mengamati bahwa semen kuda yang dibekukan dalam salju atau hawa dimusim dingin tidak selamanya membunuh spermatozoatozoa tetapi mempertahankannya dalam keadaaan tidak bergerak sampai dikenai panas dan setelah itu tetap bergerak selama tujuh setengah jam. Hasil penemuannya mengilhami peneliti lain untuk lebih mengadakan penelitian yang mendalam terhadap sel-sel kelamin dan fisiologi pembuahan. Dengan jasa yang ditanamkannya kemudian masyarakat memberikan gelar kehormatan kepada dia sebagai Bapak Inseminasi. (Salisbury,Vandemark, 1985).
Perkenalan pertama IB pada peternakan kuda di Eropa, dilakukan oleh seorang dokter hewan Perancis, Repiquet (1890). Dia menasehatkan pemakaian teknik tersebut sebagai suatu cara untuk mengatasi kemajiran. Hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan, masih banyak dilakukan penelitian untuk mengatasinya, salah satu usaha mengatasi kegagalan itu, Prof. Hoffman dari Stuttgart, Jerman, menganjurkan agar dilakukan IB setelah perkawinan alam. Caranya vagina kuda yang telah dikawinkan dikuakkan dan dengan spuit diambil semennya. Semen dicampur dengan susu sapi dan kembali diinsemiasikan pada uterus hewan tersebut. Namun diakui cara ini kurang praktis untuk dilaksanakan.
Pada tahun 1902, Sand dan Stribold dari Denmark, berhasil memperoleh empat konsepsi dari delapan kuda betina yang di IB. Mereka menganjurkan IB sebagai suatu cara yang ekonomis dalam pengunaan dan penyebaran semen dari kuda jantan yang berharga dan memajukan peternakan pada umumnya.
Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan di Indonesia
Inseminasi Buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun limapuluhan oleh Prof. B. Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan istimewa (RKI) didirikanlah beberpa satsiun IB di beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat (Cikole/Sukabumi) dan Bali (Baturati). Juga FKH dan LPP Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk melayani daerah Bogor dan sekitarnya, Aktivitas dan pelayanan IB waktu itu bersifat hilang, timbul sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat.
Pada tahun 1959 dan tahun-tahun berikutnya, perkembangan dan aplikasi IB untuk daerah Bogor dan sekitranya dilakukan FKH IPB, masih mengikuti jejak B. Seit yaitu penggunaan semen cair umtuk memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah. Pada waktu itu belum terfikirkan untuk sapi potong. Menjelang tahun 1965, keungan negara sangat memburuk, karena situasi ekonomi dan politik yang tidak menguntungkan, sehingga kegiatan IB hampir-hampir tidak ada. Stasiun IB yang telah didirikan di enam tempay dalam RKI, hanya Ungaran yang masih bertahan. (Ismudiono. 1999).
Inseminasi buatan telah pula digalakkan atau diperkenalkan oleh FKH IPB, di daerah Pengalengan, Bandung Selatan, bahkan pernah pula dilakukan pameran pedet (Calf Show) pertama hasil IB. Kemajuan tersebut disebabkan adanya sarana penunjang di daerah tersebut yaitu 1) rakyat pemelihara sapi telah mengenal tanda-tanda berahi dengan baik, 2) rakyat telah tahu dengan pasti bahwa peningkatan mutu ternak melalui IB merupakan jalan yang sesingkat-singkatnya menuju produksi tinggi, 3) pengiriman semen cair dari Bogor ke Pengalengan dapat memenuhi permintaan, sehingga perbaikan mutu genetik ternak segera dapat terlihat.
Kekurang berhasilan program IB antara tahun 1960-1970, banyak disebabkan karena semen yang digunakan semen cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan. Disamping itu kondisi perekonomian saat itu sangat kritis sehingga pembangunan bidang peternakan kurang dapat perhatian.
2.2 Alat dan Bahan
Alat :
·         Gun
·         gunting
·         plastik shite
·         plastik glove
·         termos/kontainer lapangan
Bahan:
·         Strow
·         air hangat

2.3 Prosedur kerja:
1.    Kenakan werkpack dan sepatu kandang
2.    Tempatkan sapi betina yang sedang berahi pada kandang kawin. Ikat dengan baik.
3.    Singsingkan lengan baju sebelah kiri. Apabila ada luka, kenakan sarung tangan plastik.
4.    Lumuri tangan kiri sampai batas sikut dengan larutan busa sabun.
5.    Hampiri sapi betina dari arah depan atau samping lalu sentuh/tepuk bagian tubuhnya supaya ternak tersebut mengetahui keberadaan kita dan tidak kaget sewaktu kita mulai bekerja.
6.    Berdiri menghadap bagian belakang sapi dari arah belakang dengan posisi menyerong ke sebelah kanan sekitar 30o – 45o dari poros tubuh sapi. Kaki kiri berada sekitar ¾ langkah di depan kaki kanan sehingga membentuk kuda-kuda yang kokoh tetapi luwes.
7.    Tepuk-tepuk bagian bokong sapi (sedikit di bagian atas ekor) kiri dan kanan untuk melihat reaksi kaki belakang sapi tersebut.
8.    Pegang pangkal ekor sapi dengan tangan kanan, bengkokan ke arah kanan.
9.    Pertemukan kelima jari tangan kiri sehingga membentuk kerucut, kemudian masukkan ke dalam lubang anus (rektum) sapi sampai pergelangan tangan melewatinya. Apabila di dalam rongga rectum terdapat banyak kotoran, keluarkan.
10.  Setelah merasa bahwa tangan kiri dapat leluasa berada di ruang rectum, arahkan telapak tangan kiri tersebut ke dasar rectum. Cari bagian saluran reproduksi yang berdinding tebal, yaitu cervix uteri. Tempatkan cervix uteri tersebut dalam genggaman telapak tangan kiri dengan jalan menyodokkan empat jari (telunjuk sampai kelingking) ke bawah cervix uteri.
11.  Setelah cervix uteri teraba, telusuri saluran reproduksi bagian depannya, apakah tanduk uterus kiri dan kanan sama besar atau salah satu lebih besar dari yang lain. Apabila salah satu lebih besar dari yang lain, hewan tersebut kemungkinan sedang bunting dan jangan diinseminasi. Apabila kedua tanduk uterus sama besar, maka hewan tersebut tidak bunting dan perlu diinseminasi. Keluarkan tangan kiri dari dalam rectum. Lepaskan sarung tangan atau bersihkan taangan kiri tersebut dengan air.
12.  Siapkan insemination gun. Lepaskan bagian penusuknya dari batang utama. Usap batang penusuk dan batang utama dengan kapas.
13.  Masukkan batang penusuk ke dalam batang utama. Sisakan kirakira sepanjang straw.
14.  Buka penutup container nitrogen cair dan angkat satu canister.
15.  Ambil satu straw menggunakan pinset dan segera kembalikan posisi canister.
16.  Rendam straw dalam air suam-suam kuku sambil digosok-gosok dengan kedua telapak tangan. Angkat dan keringkan menggunakan kertas tissue.
17.  Masukkan straw ke dalam lubang, dari ujung depan, batang utama insemination gun, sampai mentok.
18.  Gunting ujung straw pada batas kira-kira ½ cm dari ujung insemination gun. Tutup/bungkus batang insemination gun dengan plastic sheet, dan kuatkan pertautannya menggunakan cincin yang sudah tersedia. Inseminasi siap dilakukan.
19.  Lumuri lagi tangan kiri dengan larutan kanji encer atau busa sabun, masukkan ke dalam rectum dan lakukan penggenggaman cervix uteri. Setelah cervix uteri tergenggam, masukkan insemination gun secara hati-hati ke dalam vagina sapi betina. Arahkan ujung insemination gun ke mulut saluran cervix.
20.  Luruskan arah insemination gun melewati saluran cervix dengan bantuan tangan kiri menggerak-gerakan cervix dan tangan kanan mendorong insemination gun secara hati-hati sampai ujung insemination gun melewati seluruh panjang saluran cervix. Hentikan dorongan tangan kanan ketika ujung insemination gun sudah keluar dari servix uteri (memasuki corpus uteri) kira-kira 1–2 cm.
21.  Curahkan semen perlahan-lahan dengan jalan mendorong batang penusuk insemination gun sampai habis. Pencurahan semen selesai. Insemination gun ditarik keluar vagina dan tangan kiri melakukan sedikit pijatan pada corpus dan cervix uteri untuk merangsang gerakan saluran reproduksi sapi betina agar semen terdorong ke bagian depan saluran reproduksi betina.
22.  Keluarkan tangan kiri dari dalam rectum. Lepaskan plastic sheet dan straw kosong dari insemination gun, buang ke tempat sampah. Bersihkan insemination gun menggunakan kapas beralkohol. Cabut batang penusuknya, lalu tetekan alkohol ke dalam lubang batang utama. Simpan kembali ke tempatnya.







BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
 Tujuan Inseminasi Buatan
·        Memperbaiki mutu genetika ternak
·        Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya
·        Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama
·        Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
·        Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan IB
·        Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
·        Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik
·        Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
·        Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama
·        Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati
·        Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar
·        Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian IB
·        Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan
·        Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil
·        Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama
·        Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).

3.1 Prinsip Dasar Inseminsi Buatan (IB)
Didalam applikasi teknologi inseminasi buatan maka faktor mutu genetik pejantan yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan karena dari padanyalah sejumlah besar keturunan akan dihasilkan. Pejantan unggul dapat menghasilkan ± 25.000 ekor anak per tahun melalui penggunaan semen beku, sehingga selama hidup dari seekor pejantan unggul dapat diperoleh ± 150.000 ekor anak.
Beberapa kendala dihadapi apabila penggunaan semen beku, diantaranya tidak kontinyunya persediaan N ² Cair, untuk itu alternatif utamanya adalah dengan menggunakan semen cair. Teknik ini dapat diterapkan dengan memperhatikan beberapa persyaratan teknis sehingga applikasinya dapat di laksanakan dengan baik dan diperoleh hasil yang optimal.
Metode penampungan semen untuk dipergunakan dalam inseminasi buatan adalah mengupayakan agar pejantan bereyakulasi ke dalam vagina buatan, dan kemudian menampung semen ke dalam tabung berinsulasi untuk mencegah rusaknya spermatozoa karena perobahan suhu. Beberapa aspek tingkahlaku seksual pejantan perlu diperhatikan dalam penampungan semen seperti : latihan, persiapan menaiki, temperatur vagina buatan, lama eyakulasi, dan sifat individu pejantan.
Produksi semen pereyakulasi pada ternak sapi jantan biasanya 4 – 10 ml dan dapat ditampung 2 – 6 kali perminggu. Sesudah penampungan dan evaluasi semen, tindakan selanjutnya adalah pengenceran dengan menggunakan beberapa bahan pengenceran yang mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, protein pelindung, dan antibiotik. Semen sapi dapat diencerkan 10 – 75 kali tergantung dari kualitas semen yang dihasilkan setiap eyakulasi.
Pada ternak sapi untuk pelaksanaan inseminasi buatan, didalam satu kali inseminasi hanya diperlukan 10 – 15 juta spermatozoa motil, sedangkan yang dihasilkan per satu kali eyakulasi adalah milliaran sperma. Sehingga dengan dosis inseminasi ini kita dapat menghitung berapa banyak betina yang dapat di inseminasi dari seekor pejantan.
Semen yang telah dipersiapkan dapat langsung di inseminasikan ke dalam cervix atau corpus uteri, dan untuk memperoleh kesuburan yang tinggi inseminasi harus dilakukan mendekati waktu ovulasi yakni pada paruh kedua fase birahi atau pada saat yang telah ditentukan apabila menggunakan program sinkronisasi birahi. Ketepatan waktu itu penting agar spermatozoa segar tersedia dan siap.
Teknologi IB menggunakan semen beku pada sapi potong telah digunakan sejak belasan tahun silam dengan tujuan untukmeningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi melalui penggunaan pejantan pilihan dan menghindari penularan penyakit atau kawin sedarah.
Selama ini pelaksanaan teknologi IB di lapangan masih mengalami beberapa hambatan, antara lain S/C > 2 dan angka kebuntingan ≤ 60% (Affandhy 2006), sehingga untuk meningkatkan populasi dan mutu sapi potong serta guna memperluas penyebaran bakalan sapi potong, diperlukan suatu petunjuk praktis tentang manajemen IB mengunakan semen beku mulai dari penanganan ketika straw beku dalam kontener hingga akan disuntikan/Idi-IB-kan ke sapi induk, termasuk cara dan waktu IB; dengan harapan dapat memperbaiki manajemen perkawnan melalui pelaksanaan IB yang selama ini sering menimbulkan permasalahan di tingkat peternak maupun inseminator. Dengan adanya petunjuk tentang manajemen IB diharapkan dapat menambah tingkat keterampilan inseminator dan pengalaman peternak sehinggga tingkat kebuntingan ternak dapat dicapai secara optimal dan tahapan teknik ini perlu diinformasikan
Siklus Reproduksi (Estrus)
Berahi atau estrus atau heat, didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina mau menerima kehadiran jantan, kawin, dengan perkataan lain betina atau dara aktif sexualitasnya. Dalam program perkawinan alami atau IB, seorang manager reproduksi ternak haru smampu mengenali tanda-tanda berahi dan factor-faktor yang mendorong berlangsungnya tingkah laku berahi yang normal. Kadar hormone estrogen yang tinggi mempunyai kaitan denga pemunculan tanda-tanda berahi, adapun pada dasrnya pemunculan tingkah laku berahi secara sempurna merupakan pengaruh interaksi antara estrogen dan indera, dalam hal ini terlibta satu gabungan inderan penciuman, pendengaran dan indera penglihatan. Indera perasa/sentuhan pun penting pada sapi betina yang melangsungkan perkawinan, melalui gigitan, jilatan, endusan merupakan bagian dari percumbuan sebelum kopulasi terjadi.
Pada umumnya, sapi betina induk adan dara enggan istirahat, aktif selama berahi. Sapi-sapi betina mempunyai sifat yang unik, dimana cenderung homosexual, sehingga memudahkan dalam deteksi berahi sekalipun tidak ada pejantan. Betina yang berahi akan menyendiri, menaiki temannya, bahkan mungkin juga menciumi vulva dan seringkali mengangkat dan mengibas-ibaskan dan mungkin meninggalkan kelompoknya mencari pejantanekornya.
Betina-betina yang berahi mempunyai vulva yang lembab, lender bening seringkali nampak keluar dari vulva. Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain, tetapi tidak mau jika dinaiki, oleh karena itu betina diam dinaiki merupakan tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi.
Jika seekor betina memasuki siklus berahi, manakala betina tersebut dalam keadaan fertile, dimana betina ini berovulasi atau melepas sel telur dari ovariumnya. Waktu terbaik unatu menginseminasi dalah jika betina dalam keadaan standing heat, yaitu sebelum terjadi ovulasi.
Satu hal yang dianjurkan untuk mengadakan pendeteksian berahi adalah denga cara menempatkan sapi-sapi dara atau induk pada sebuah padang penggembalaan deteksi berahi. Padang penggembalaan ini seyogyanya cukup luas, memungkinkan betina-betina bisa kesana-kemasi dan bebas merumput, namun juga tidak terlalu luas, sehingga operator dapat mengadakan deteksi berahi dengan mudah.
Satu kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk mengamati betina-betina, memeriksa tanda-tanda berahi, adalah dianjurkan bagi operator meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit pada sore hari. Operator juga dianjurkan memperhatikan betina-betina pada waktu-waktu yang sama setiap hari. Jadi, mempelajari mengenal tanda-tanda berahi dan mengetahuinya betina-betina yang sedang berahi merupakan kunci suksesnya satu program IB.
3.2 Mengenali tanda-tanda birahi
Adanya pangkal ekor yang diangkat merupakan satu tanda bahwa seekor betina mungkin dalam keadaan berahi. Hal ini berarti bahwa seekor induk atau dara akan tetap diam berdiri membiarkan dinaiki, satu tanda dari standing heat.
Aktif, enggan istirahat. Betina tidak mau diam, nervous bisa menjadi satu tanda bahwa betina dalam keadaan berahi.
Vulva bengkak.  Salah satu dari beberapa tanda secara fisik yang bisa dikenali adalah vulva yang membengkak, sebagai akibat peningkatan aliran darah yang membesarkan pembuluh-pembuluh darah di daerah vulva. Vulva yang bengkak mudah dibedakan dengan vulva yang keriput sewaktu tidak dalam keadaan berahi.
Lendir bening.  Lendir bening keluar dari vulva, seringkali melekat pada ekor, bagian belakang dari kaki belakang atau bahkan ke atas punggung, juga menjadi salah satu tanda berahi. Lendir yang kemrahan pada ekor menunjukkan berahi muncul 1 atau 2 hari sebelumnya.
1.    Estrus
Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan membiarkan untuk dikawini. Lamanya periode estrus bervariasi antar spesies. Estrus berlangsung selama 12-18 jam pada sapi, 24-36 jam pada domba, 40-72 jam pada babi, dan 4-8 hari pada kuda. Ovulasi yang berkaitan dengan estrus terjadi 10-12 jam sesudah akhir estrus pada sapi, pertengahan sampai akhir estrus pada domba, kira-kira mid-estrus pada babi, dan 1-2 hari sebelum akhir estrus pada kuda (Bearden,1984).
2.    Metestrus
Periode metestrus dimulai dengan berhentinya estrus dan berlangsung kira-kira 3 hari. Terutama, hal ini merupakan suatu periode pembentukan corpus luteum.selama akhir estrus dan proestrus, konsentrasi estrogen ang tinggi meningkatkan vaskularisasi endometrium. Vaskularisasi ini mencapai puncaknya kira-kira 1 hari sesudah akhir estrus. Dengan menurunnya kadar estrogen, kerusakan kapiler dapat terjadi yang menghasilkan hilangnya sedikit darah (Bearden,1984).
3.    Diestrus
Diestrus dikarakteristikkan sebagai periode dalam siklus estrus ketika corpus luteum fungsional penuh. Pada sapi dimulai kira-kira hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan konsentrasi progesteron dalam dalam darah dan dapat dideteksi pertama kali, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari 16 dan 17 (Bearden,1984).
4.    Proestrus
Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya progesteron serta melajut sampai dimulai estrus. Ciri utama dari proestrus adalah terjadinya pertumbuhan folikel yang cepat. Akhir dari periode ini adalah pengaruh estrogen pada sistem saluran reproduksi dan gejala tingkah laku mendekati estrus dapat diamati (Bearden,1984).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Inseminasi Buatan sebagai alat yang efektif untuk memperbaiki mutu genetik dan meningkatkan populasi ternak, masih memerlukan penanganan dan perhatian yang serius pada ternak kerbau, karena adanya fenomena kesulitan mendeteksi berahi yang berkaitan dengan adanya fenomena silent heat (berahi tenang) dan rendahnya kualitas semen beku pasca thawing. Untuk mengoptimalkan program IB pada ternak kerbau sehingga efisiensi reproduksinya meningkat, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1.    Thawing semen beku sebaiknya dilakukan dengan menggunakan air pada suhu 37oC dalam waktu 15-30 detik.
2.    Waktu inseminasi sebaiknya dilakukan 12-16 jam sesudah munculnya gejala berahi atau 8-9 jam sebelum akhir berahi dengan peletakan semen pada pangkal corpus uteri (cincin 4).
3.    Proses penanganan semen beku (pengeluaran dari container, thawing sampai diinseminasikan) tidak boleh lewat dari 2,5 menit.

4.2 Saran
Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.
Dalam melakukan Inseminasi buatan harus dilakukan dengan hati-hati. Disarankan kepada teman-teman yang belum ahli supaya jangan melakukan IB karena akan merusak organ reproduksi  ternak, yang mengakibatkan sapi mandul permanen.







DOKUMENTASI